BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pemahaman seorang anak tentang Islam memang masih sangat terbatas. Tapi kita harus memberikan pemahaman itu kepada mereka agar mereka tidak menjadi orang yang merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Seperti yang telah kita ketahui, banyak anak yang melakukan kenakalan-kenakalan seperti mencuri, berbohong, berkelahi, dan sebagainya merupakan akibat dari kurangnya pemahaman anak tentang Islam. Pengetahuan mereka tentang agama Islam sangat sedikit mereka dapatkan, baik di lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.Lingkungan keluarga merupakan tempat dimana seorang anak mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang agama dari orangtua (ayah dan ibu). Orangtua berperan penting dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya terutama pendidikan agama Islam. Orangtua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena seorang anak biasanya akan meniru sikap dan tingkah laku dari orang-orang terdekatnya terutama orangtua. Maka dari itu, peran orangtua disini sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan Pendidikan
Agama Islam?
2.
Bagaimana konsep Pendidikan Islam?
3.
Bagaimanap peran Orang Tua
(Keluarga) dalam Pendidikan Anak?
4.
Bagaimana peran Pendidikan Agama
Islam bagi Anak?
5.
Apa akibat Kurangnya Pendidikan
Islam pada Anak?
B. Tujuan Penulisan Adapun
yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan Pendidikan Agama Islam.
2.
Untuk mengetahui bagaimana konsep
Pendidikan Islam.
3.
Untuk mengetahui bagaimana peran
Orang Tua (Keluarga) dalam Pendidikan Anak.
4.
Untuk mengetahui bagaimana peran
Pendidikan Agama Islam bagi Anak
5.
Untuk mengetahui apa akibat kurangnya
Pendidikan Islam pada Anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan
memberi awalan “pe“ dan akhiran “kan“, mengandung arti “perbuatan“ (hal, cara
dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani yaitu
“Paedagogie“, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan “education“ yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam
bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan
dengan“Tarbiyah“ yang berarti pendidikan.[1]
Sedangkan pengertian Islam itu sendiri yaitu “Agama yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang
diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.[2] Agama Islam
merupakan sistem tata kehidupan yang pasti bisa menjadikan manusia damai,
bahagia dan sejahtera.
Pendidikan
merupakan salah satu alat untuk dapat membimbing seseorang menjadi orang yang
baik terutama pendidikan agama. Dengan pendidikan agama akan membentuk karakter
akhlakul karimah bagi anak sehingga mampu memfilter mana pergaulan yang baik
dan mana pergaulan yang tidak baik.
Pendidikan agama sesungguhnya pendidikan untuk pertumbuhan total seorang anak didik. Pendidikan agama ditujukan kepada penyempurnaan berbagai keluhuran budi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “Sesungguhnya Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R. Ahmad ) Pendidikan Islam adalah sebuah sarana untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Disini para pendidik muslim mempunyai satu kewajiban dan tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada anak didiknya baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan yang lain. Pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai keislaman dan tertuju pada terbentuknya manusia yang berakhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah semata. Sedangkan pendidikan selain Islam, tidak terlalu memprioritaskan pada unsur-unsur dan nilai-nilai keislaman, yang menjadi prioritas hanyalah pemenuhan kebutuhan indrawi saja.
B. Konsep Pendidikan Islam Menurut konsep dalam Islam, proses tarbiyah (pendidikan) mempunyai tujuan untuk melahirkan suatu generasi baru dengan segala ciri-cirinya yang unggul dan beradab. Penciptaan generasi ini dilakukan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang sepenuhnya dan seutuhnya kepada Allah SWT melalui proses tarbiyah. Melalui proses tarbiyah inilah, Allah SWT telah menampilkan pribadi muslim yang merupakan uswah dan qudwah melalui Muhammad SAW. Pribadinya merupakan manifestasi dan jelmaan dari segala nilai dan norma ajaran Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW. Islam menghendaki program pendidikan yang menyeluruh, baik menyangkut aspek duniawi maupun ukhrowi. Maka hal ini, proses pendidikan sangat didukung banyak aspek, terutama guru atau pendidik, orang tua, dan juga lingkungan.
Lingkup materi pendidikan Islam secara lengkap dikemukakan oleh M. Arifin dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam”, yang menyatakan bahwa pendidikan Islam itu mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
Pendidikan agama sesungguhnya pendidikan untuk pertumbuhan total seorang anak didik. Pendidikan agama ditujukan kepada penyempurnaan berbagai keluhuran budi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “Sesungguhnya Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R. Ahmad ) Pendidikan Islam adalah sebuah sarana untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Disini para pendidik muslim mempunyai satu kewajiban dan tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada anak didiknya baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan yang lain. Pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai keislaman dan tertuju pada terbentuknya manusia yang berakhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah semata. Sedangkan pendidikan selain Islam, tidak terlalu memprioritaskan pada unsur-unsur dan nilai-nilai keislaman, yang menjadi prioritas hanyalah pemenuhan kebutuhan indrawi saja.
B. Konsep Pendidikan Islam Menurut konsep dalam Islam, proses tarbiyah (pendidikan) mempunyai tujuan untuk melahirkan suatu generasi baru dengan segala ciri-cirinya yang unggul dan beradab. Penciptaan generasi ini dilakukan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang sepenuhnya dan seutuhnya kepada Allah SWT melalui proses tarbiyah. Melalui proses tarbiyah inilah, Allah SWT telah menampilkan pribadi muslim yang merupakan uswah dan qudwah melalui Muhammad SAW. Pribadinya merupakan manifestasi dan jelmaan dari segala nilai dan norma ajaran Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW. Islam menghendaki program pendidikan yang menyeluruh, baik menyangkut aspek duniawi maupun ukhrowi. Maka hal ini, proses pendidikan sangat didukung banyak aspek, terutama guru atau pendidik, orang tua, dan juga lingkungan.
Lingkup materi pendidikan Islam secara lengkap dikemukakan oleh M. Arifin dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam”, yang menyatakan bahwa pendidikan Islam itu mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
1.
Pendidikan keimanan (Tarbiyatul
Imaniyah)
2.
Pendidikan moral/akhlak ((Tarbiyatul
Khuluqiyah)
3.
Pendidikan jasmani (Tarbiyatul
Jasmaniyah)
4.
Pendidikan rasio (Tarbiyatul
Aqliyah)
5.
Pendidikan kejiwaan/hati nurani
(Tarbiyatulnafsiyah)
6.
Pendidikan sosial/kemasyarakatan
(Tarbiyatul Ijtimaiyah)
7.
Pendidikan seksual (Tarbiyatul
Syahwaniyah)[3]
Secara umum, keseluruhan ruang lingkup materi pendidikan
Islam yang tercantum di atas, dapat dibagi manjadi 3 materi pokok pembahasan.
Ketiga pokok bahasan tersebut yakni; Tarbiyah Aqliyah (IQ learning), Tarbiyyah
Jismiyah (Physical learning), dan Tarbiyatul Khuluqiyyah (SQ learning). Pertama,
adalah Tarbiyah Aqliyah (IQ learning). Tarbiyah aqliyah atau sering dikenal
dengan istilah pendidikan rasional (intellegence question learning) merupakan
pendidikan yang mengedapan kecerdasan akal. Tujuan yang diinginkan dalam
pendidikan itu adalah bagaimana mendorong anak agar bisa berfikir secara logis
terhadap apa yang dlihat dan diindra oleh mereka. Kedua, Tarbiyyah Jismiyah (Physical learning). Yaitu
segala kegiatan yang bersifat fisik dalam ranhgka mengembangkan aspek-aspek
biologis anak tingkat daya tubuh sehingga mampu untuk melaksanakan tugas yang
di berikan padanya baik secara individu ataupun sosial nantinya, dengan
keyakinan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat “al-aqlussalim
fi jismissaslim“ sehingga banyak di berikan beberapa permainan oleh mereka
dalam jenis pendidikan ini. Dan
ketiga, Tarbiyatul Khuluqiyyah (SQ learning) Makna tarbiyah khuluqiyyah disini
di artikan sebagai konsistensi seseorang bagaimana memegang nilai kebaikan dalam
situasi dan kondisi apapun dia berada seperti; kejujuran, keikhlasan, mengalah,
senang bekerja dan berkarya, kebersihan, keberanian dalam membela yang benar,
bersandar pada diri sendiri (tidak bersandar pada orang lain), dan begitu juga
bagaimana tata cara hidup berbangsa dan bernegara.
C. Peran Orang Tua (Keluarga) dalam Pendidikan Anak Orang tua dan anak-anak pada umumnya memiliki hubungan yang
sangat erat baik secara fisik dan emosional. Hubungan semacam ini membuat
anak-anak merasa aman dan dicintai. Peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya
di lingkungan keluarga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Karena
keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan
pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis
dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia
pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan
sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. Pendidikan
dan bimbingan dimulai sejak usia dini tujuannya adalah membuat anak memiliki
kepribadian yang Islami, dengan karakter dan moral yang baik, prinsip-prinsip
Islam yang kuat, memiliki sarana untuk menghadapi tuntutan hidup dengan cara
yang matang dan bertanggung jawab. Salah satu dasar pentingnya peran
orang tua dalam mendidika anak adalah sabda Rasulullah Saw. Yang menyatakan
bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang
menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi. Berdasarkan
Hadits ini, jelas sekali bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci seperti
kertas putih yang belum terkena noda. Anak adalah karunia Allah yang tidak
dapat dinilai dengan apa pun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua.
Ia akan berkembang sesuai dengan pendidikan yang diperoleh dari kedua orang
tuanya dan juga lingkungan disekitarnya. Secara
umum, dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua
muslim dalam mendidik anak:
·
Orang tua perlu memahami tentang apa
yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya.
·
Banyak menggali informasi tentang
pendidikan anak.
·
Memahami kiat mendidik anak secara
praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan
pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
·
Sebelum mentransfer nilai, kedua
orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di
usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan
orang terdekat. Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al-
Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak,
juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
·
Menjaga lingkungan si anak, harus
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.
Akan
tetapi, dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan
fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi
rusak, anak akan kehilangan identitas. Pembagian tugas dalam Islam sudah jelas,
peran ayah tidak diabaikan, tapi peran ibu menjadi hal sangat penting dan menentukan. Pendidikan
anak akan berhasil bila diwujudkan dengan mengikuti langkah-langkah kongkrit
dalam hal penanaman nilai-nilai Islam pada diri anak. Sehubungan dengan hal
ini, Abdurrah-man An-Nahlawi mengemukakan tujuh kiat dalam mendidik anak,
yaitu:
Ø
Dengan Hiwar (dialog)
Mendidik anak dengan hiwar (dialog) merupakan suatu
keharusan bagi orang tua. Oleh karena itu kemampuan berdialog mutlak harus ada
pada setiap orang tua. Dengan hiwar, akan terjadi komunikasi yang dinamis
antara orang tua dengan anak, lebih mudah dipahami dan berkesan. Selain itu,
orang tua sendiri akan tahu sejauh mana perkembangan pemikiran dan sikap
anaknya.
Dalam mendidik umatnya, Rasulullah SAW sering menggunakan
metode ini. Anak-anak sering menanyakan: apa betul Allah itu ahad, katanya
Tuhan itu ada di mana-mana. Pada usia remaja atau dewasa, dialog dengan orang
tua itu sangat diperlukan dalam menghadapi persoalan hidup yang semakin
kompleks seiring dengan lingkungan anak yang semakin luas.
Ø
Dengan Kisah
Kisah memiliki fungsi yang sangat penting bagi perkembangan
jiwa anak. Suatu kisah bisa menyentuh jiwa dan akan memotivasi anak untuk
merubah sikapnya. Kalau kisah yang diceritakan itu baik, maka kelak ia berusaha
menjadi anak baik, dan sebaliknya bila kisah yang diceritakan itu tidak baik,
sikap dan perilakunya akan berubah seperti tokoh dalam kisah itu.
Banyak sekali kisah-kisah sejarah,
baik kisah para nabi, sahabat atau orang-orang shalih, yang bisa dijadikan
pelajaran dalam membentuk kepribadian anak. Contohnya, banyak anak-anak jadi
malas, tidak mau berusaha dan mau terima beres. Karena kisah yang menarik
baginya adalah kisah khayalan yang menampilkan pribadi malas tetapi selalu
ditolong dan diberi kemudahan.
Ø
Dengan Perumpamaan. Al-Qur`an dan
al-hadits banyak sekali mengemukakan perumpamaan. Jika Allah SWT dan Rasul-Nya
mengungkapkan perumpamaan, secara tersirat berarti orang tua juga harus
mendidik anak-anaknya dengan perumpamaan. Sebagai contoh, orang tua berkata
pada anaknya, “Bagaimana pendapatmu bila ada seorang anak yang rajin shalat,
giat belajar dan hormat pada kedua orang tuanya, apakah anak itu akan disukai
oleh ayah dan ibunya?” Tentu si anak berkata, “Tentu, anak itu akan disukai
oleh ibunya.” Dari ungkapan seperti itu, orang tua bisa melanjutkan arahan
terhadap anak-anaknya sampai sang anak betul-betul bisa menyadari, bahwa kalau
mau disukai orang tuanya yang harus dilakukan sang anak adalah rajin shalat,
giat belajar dan hormat pada keduanya. Begitu seterusnya dengan
persoalan-persoalan lain.
Ø
Dengan Keteladanan Orang tua merupakan pribadi yang sering
ditiru anak-anaknya. Kalau perilaku orang tua baik, maka anaknya meniru hal-hal
yang baik dan bila perilaku orang tuanya buruk, maka biasanya anaknya meniru
hal-hal buruk pula. Dengan demikian, keteladanan yang baik merupakan salah satu
kiat yang harus diterapkan dalam mendidik anak.
Kalau orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi anak
shaleh, maka yang harus shalih duluan adalah orang tuanya. Sebab, dari
keshalehan mereka, anak-anak akan meniru, dan meniru itu sendiri merupakan
gharizah (naluri) dari setiap orang.
Ø
Dengan Latihan dan Pengamalan
Anak shalih bukan hanya anak yang
berdoa untuk orang tuanya. Anak shalih adalah anak yang berusaha secara
maksimal melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
melaksanakan ajaran Islam, seorang anak harus dilatih sejak dini dalam praktik
pelaksanaan ajaran Islam seperti shalat, puasa, berjilbab bagi yang puteri, dan
sebagainya.
Tanpa latihan yang dibiasakan,
seorang anak akan sulit mengamalkan ajaran Islam, meskipun ia telah memahaminya. Oleh
karena itu seorang ibu harus menanamkan kebiasaan yang baik pada anak-anaknya
dan melakukan kontrol agar sang anak disiplin dalam melaksanakan Islam.
Ø
Dengan ‘Ibrah dan Mauizhah
Dari kisah-kisah sejarah, para orang tua bisa mengambil
pelajaran untuk anak-anaknya. Begitu
pula dengan peristiwa aktual, bahkan dari kehidupan makhluk lain banyak sekali
pelajaran yang bisa diambil. Bila orang tua sudah berhasil mengambil pelajaran
dari suatu kejadian untuk anak-anaknya, selanjutnya pada mereka diberikan
mau’izhah (nasihat) yang baik.
Misalnya dengan iman yang kuat, umat Islam yang sedikit,
mampu mengalahkan orang kafir yang banyak di perang Badar. Sesuatu yang berat
dan besar bisa dipindahkan, bila kita bekerjasama seperti semut-semut
bergotong-royong membawa sesuatu, dan begitulah seterusnya.
Memberi nasihat itu tidak selalu harus dengan kata-kata.
Melalui kejadian-kejadian tertentu yang menggugah hati, juga bisa menjadi
nasihat, seperti menjenguk orang sakit, ta’ziyah pada orang yang mati, ziarah
ke kubur, dan sebagainya.
Ø
Dengan Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji-janji
menyenangkan bila seseorang melakukan kebaikan, sedang tarhib adalah ancaman
mengerikan bagi orang yang melakukan keburukan. Banyak sekali ayat dan hadits
yang mengungkapkan janji dan ancaman. Itu artinya orang tua juga mesti menerapkannya
dalam pendidikan anak-anaknya.
Dalam Islam, targhib dan tarhib dikaitkan dengan persoalan akhirat, yaitu surga dan neraka. Sehingga, sikap yang lahir dari sang anak melalui metode ini lebih kokoh karena terkait dengan iman kepada Allah dan Hari Akhir. Metode ini dimaksudkan untuk menggugah dan mendidik manusia agar memiliki perasaan robbaniyah, seperti khauf (takut) pada Allah, khusyu’ (merendahkan diri) di hadapan Allah, mahabbah (cinta) kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dalam Islam, targhib dan tarhib dikaitkan dengan persoalan akhirat, yaitu surga dan neraka. Sehingga, sikap yang lahir dari sang anak melalui metode ini lebih kokoh karena terkait dengan iman kepada Allah dan Hari Akhir. Metode ini dimaksudkan untuk menggugah dan mendidik manusia agar memiliki perasaan robbaniyah, seperti khauf (takut) pada Allah, khusyu’ (merendahkan diri) di hadapan Allah, mahabbah (cinta) kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dalam mendidik anak setidaknya ada
dua macam kendala atau tantangan: yakni tantangan yang bersifat internal dan
yang bersifat eksternal. Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua
itu sendiri, misalnya ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak
harmonisan rumah tangga. Sunatullah telah menggariskan, bahwa pengembangan
kepribadian anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh),
dan jasadiyahnya (jasad). Tantangan eksternal mungkin bersumber dari lingkungan
rumah tangga, misalnya interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya. Di
samping itu peranan media massa sangat pula berpengaruh dalam perkembangan
tingkah laku atau kepribadian anak. Informasi yang disebarluaskan media massa
baik cetak maupun elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat.
Maka dari itu, peran pendidikan
islam penting agar seorang anak tidak secara langsung menerima
pengaruh-pengaruh yang buruk dari luar yang menyebabkan sikap dan tingkah
lakunya menjadi buruk pula. Disinilah peran orang tua juga penting agar mereka
dapat membatasi anak-anaknya dalam memilih teman pergaulan sehingga sang anak
tidak menjadi anak yang nakal.
D. Peran Pendidikan Agama Islam bagi Anak
Pelaksanaan
pendidikan agama yang diberikan bukan hanya menjadikan manusia yang pintar dan
terampil, akan tetapi jauh daripada itu adalah untuk menjadikan manusia yang
memiliki moral dan akhlakul karimah. Dengan moral dan akhlakul karimah yang
dimilikinya akan mampu mengarahkan minatnya untuk terus belajar mencari ilmu.
Para
ahli pendidik Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran
bukanlah memenuhi otak anak didik, tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan
jiwa mereka, dengan kesopanan yang tinggi, rasa fadhilah (keutamaan),
mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang seluruhnya ikhlas dan jujur.
Pendidikan agama menawarkan perlindungan dan rasa aman, kkhususnya bagi anak
dalam menghadapi lingkungannya.
Pada
akhirnya, tujuan pendidikan Islam itu tidak terlepas dari tujuan nasional yang
menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, seimbang kehidupan duniawi dan
ukhrawi. Dalam AlQur’an sudah terang dikatakan bahwa manusia itu diciptakan
untuk mengabdi kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Agama
merupakan salah satu faktor pengendalian terhadap tingkah laku anak-anak. Hal
ini dapat dimengerti karena agama mewarnai kehidupan masyarakat setiap hari.
Pembinaan dan bimbingan melalui pendidikan agama sangat besar pengaruhnya bagi
anak sebagai alat pengontrol dari segala bentuk sikap dan tingkah lakunya dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Akibat Kurangnya Pendidikan Islam pada Anak
Khususnya
terhadap para siswa Sekolah Dasar (SD) pendidikan agama sangat penting sebagai
benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak baik. Terlebih saat ini, realitas
menunjukkan bahwa anak-anak usia dini sudah banyak terlibat dengan perilaku
tidak baik, seperti tawuran, perilaku amoral/asusila, narkoba, pornografi dan
pornoaksi, dan lain-lain.
Kenyataan
ini seharusnya menyadarkan kita untuk membekali anak-anak usia Sekolah Dasar
(SD) khususnya dengan dasar ilmu agama yang layak. Salah satu lembaga
pendidikan yang sangat kompeten memberikan bekal pengetahuan agama bagi
anak-anak usia SD adalah Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA). Selama ini, mayoritas
orang tua yang memiliki anak usia SD memandang sebelah mata bahkan tidak peduli
dengan MDA kerana menganggap tidak punya jaminan masa depan. Padahal, MDA
adalah lembaga pendidikan agama Islam yang menanamkan prinsip-prinsip dasar
ajaran agama Islam.
F. Peran Pendidikan Islam dalam Menghadapi Perkembangan
Teknologi
Kemajuan
teknologi yang semakin pesat telah merebut perhatian anak-anak. Banyak dari
mereka yang mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi terhadap teknologi yang berkembang
saat ini. Mereka mulai mencoba-coba teknologi tersebut. Hingga pada akhirnya
mereka melupakan kewajibannya sebagai anak untuk belajar.
Seorang anak boleh saja memiliki rasa keingintahuan tentang hal yang baru. Tapi jika tidak dilandari dengan pendidikan agama yang baik memungkinkan mereka untuk mencoba hal-hal yang baru yang justru hal itu dilarang dalam agama, seperti tawuran, mengakses pornografi dan pornoaksi, narkoba, dsb.
Seorang anak boleh saja memiliki rasa keingintahuan tentang hal yang baru. Tapi jika tidak dilandari dengan pendidikan agama yang baik memungkinkan mereka untuk mencoba hal-hal yang baru yang justru hal itu dilarang dalam agama, seperti tawuran, mengakses pornografi dan pornoaksi, narkoba, dsb.
Dalam hal ini, pendidikan agama Islam sangat
dibutuhkan untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak agar dapat membatasi
diri dalam mengenal lingkungannya seperti teknologi yang berkembang saat ini.
Karena jika mereka terus menerus mengikuti perkembangan zaman dan tidak
dilandasi dengan agama yang kuat, kemungkinan besar akhlak yang buruk akan
melekat dalam diri mereka. Maka dari itu, orang tua harus selalu mengawasi
kegiatan anak-anak, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan
masyarakat. Sebagai hasilnya, ketika orang tua menentukan batasan-batasan bagi
anak mereka, ia sudah bisa memahami bahwa standar yang harus diikutinya itu
tidak hanya merupakan keinginan-keinginan pribadinya, namun hukum-hukum Allah,
yang kepadanya orang tua menjadi subjek seperti halnya dirinya sendiri.
BAB III
P E N U T U P
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam bagi
perkembangan kepribadian anak sangatlah penting. Disamping itu, peran orang tua
pula sangat mempengaruhi anak dalam membentuk kepribadiannya, apakah sang anak
akan menjadi anak yang baik atau buruk.
Seorang anak yang sejak kecilnya tidak diberikan pengetahuan tentang agama oleh orang tuanya, kelak ketika mereka dewasa akan mudah terpengaruh oleh pemahaman-pemahaman yang mungkin akan mempengaruhi kepribadiannya terutama akhlaknya.
Seorang anak yang sejak kecilnya tidak diberikan pengetahuan tentang agama oleh orang tuanya, kelak ketika mereka dewasa akan mudah terpengaruh oleh pemahaman-pemahaman yang mungkin akan mempengaruhi kepribadiannya terutama akhlaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar